Sunday, July 13, 2008

Wajah Musik Indonesia tahun 2008

Seperti apakah wajah musik Indonesia tahun 2008?

Menurut pengamatan saya, musik Indonesia sudah benar2 diterima masyarakat. Hal ini tentu saja dipacu oleh media televisi yang sudah masuk ke pelosok desa. Terbukti beberapa tahun terakhir stasiun televisi berlomba2 menayangkan program musik live (on stage) yang menampilkan artis2 Indonesia termasuk musisi2 baru, misalnya : Satu Jam Bersama (TransTV), By Request (SCTV), Musik Spesial (RCTI) yang tentu saja menguntungkan bagi popularitas artis2 baru.

Tahun ini, setelah pernah menghilang keberadaanya dan bertahun2 didominasi oleh MTV, program pemutaran video klip juga banyak ditayangkan di stasiun2 tv. Sebagai pelopor adalah Inbox (SCTV) kemudian disusul dengan Dahsyat (RCTI). Kuis2 bertema musik tahun juga ditayangkan oleh beberapa stasiun tv, meskipun cuma bertahan beberapa bulan saja dan kini sudah game over seperti Sing A Song (RCTI) atau Karoekan Yuuk (TPI).

Tetapi bagaimana dangan kulaitas musik Indonesia?

Buruk. Hampir dipastikan semua artis baru kurang berkualitas. Fenomena band2 yang mengusung musik gurem macam Kangen band, ST12 (yang kembali lagi), Radja (dengan album barunya), Matta, dsb seolah menambah nilai merah pada rapor Musik kita. Tetapi mengapa mereka dan lagu2 mereka lebih populer dan disukai masyarakat meskipun kualitasnya di bawah band2 lama macam Samsons, Nidji, Letto, Yovie & Nuno, Ada Band atau Peterpan? Tentu saja ada band2 baru tidak termasuk blacklist seperti Andra & Backbone dan D Masiv.

Demikian pula kedatangan penyanyi2 wanita yang cuma modal nekat. Taruh saja duo T2, Ussy Sulistyowati, Rasti, Aura Kasih, Winny K (dari Malaysia) pada jajaran ini. Dengan lagu yang 'catchy' dan 'norak' seolah meraka hendak menyaingi pendahulu2nya macam Bunga Citra Lestari dan Rossa. Sementara itu diva2 senor sudah tidak bergaung lagi. KD, Uthe dan Titi DJ mencoba menyusun kekuatan baru (berkoalisi) kembali dalam 3 Diva tetapi gagal mengulang kesuksesan tahun lalu.

Harapan justru datang dari penyanyi solo pria dan grup vokal campuran. Tompi dan Afgan dapat dipastikan mampu bersaing dengan penyanyi2 yg lebih senior macam Ari Lasso, Marcel, Rio Febrian, dll. Di sisi grup campuran kita memilki Tangga yg juga tak kalah hebat.

Yang sangat disayangkan adalah akhir2 ini masyarakat Indonesia lebih banyak 'dicekoki' dengan musik2 dalam negeri. Akibatnya kita kuper dalam permusikan internasonal. Masyarakat kita labih mengenal artis baru Lobow tetapi tidak tahu menahu soal Rihanna yg populer dengan lagu Umbrella-nya itu. Kita tahu Afgan tetapi tidak tahu siapa James Blunt. Kita mungkin ada yg tidak tahu kalau Madonna datang lagi dengan album barunya berduet dengan Justin Timberlake karena terakhir kita melihat Madonna di layar televisi dengan lagu Ray of Light-nya.

Terlalu banyak diputarnya videoklip artis dalam negeri tentu saja menguntungkan bagi artis2 kita. Mulan Jameela dengan cepat populer dengan lagu Wonder Woman-nya karena lebih sering nongol di tv sehingga kalau dia mengadakan konser tunggal dijamin banyak penontonnya. Sebaliknya kita tidak tahu bagaimana penampilan Beyonce dalam video klip terbarunya atau apakah Alicia Keys masih cantik seperti dulu. Kita hanya bisa mendengar lagu2 baru penyanyi2 internasional lewat radio tanpa bisa melihat penampilan mereka dalam videoklip. Akibatnya konser artis2 internasional lebih sepi penonton dan tidak serame artis lokal.

Alangkah baiknya jika MTV memutarkan kembali videoklip2 artis2 internasional (yg seolah2 sudah disabotase) seperti dulu. Jangan tiap hari memanjakan musik dalam negeri saja (dengan MTV AMPUH yg lagunya itu2 terus). Stasiun2 tv lainnya juga jangan terlalu banyak muterin lagu Indonesia (video klip atau live performance) sebab ada kalanya kita harus melihat keluar.